myspace codes

12 Desember 2007

Pertemuan Kedua

Pertemuan Kedua. 08 Desember 2007

Warga yang hadir pada pertemuan kedua berbeda dengan pertemuan yang pertama, kalau pertemuan sebelumnya dihadiri oleh para yunior lingkungan atau warga lingkungan yang tergolong baru menjadi warga lingkungan, pada malam pertemuan kedua ini kebalikanya, yaitu para senior yang terdiri para aktifis dan pengurus lingkungan. Yang hadir pada pertemuan pertama tidak datang pada pertemuan ini kecuali ibu ketua lingkungan dan penulis, meskipun demikian warga yang datang bisa di katakan meningkat 100% yaitu sekitar 12 orang dibandingkan pertemuan sebelumnya yang hanya 6 orang.

Pertemuan warga yang dirangkum dalam bentuk ibadat Adven yang kedua ini bertemakan “Bersaudara Seperti Keluarga Kudus” yang menitik beratkan pada persaudaraan antar umat beragama. Berpedoman pada Injil dan pengalaman hidup dalam bersaudara, segenap warga memberikan sharingnya mengenai siapa yang dimaksud saudara.

Dalam hal ini memang bahwa pengertian saudara adalah saudara sekandung; kakak, adik, dan yang segaris keturunan baik horisontal maupun vertikal. Tapi dalam Injil dikatakan dalam Luk 8:21 "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." Dikongkritkan dalam perbuatan sehari-hari misalnya menurut sharing dari salah seorang warga, dalam kehidupan bertetangga tak pernah membeda-bedakan siapa orang itu, agama apa sih, disaat berkumpul dengan tetangga sebagai contoh dalam acara malam lebaran mereka berpesta bersama saling rukun dan hormat menghormati, begitu juga dalam acara Natal dana tahun Baru mereka biasa mengadakan acara bakar ikan, happy kan ??.

Tidak banyak yang berceritra dalam pertemuan ini hanya sebatas mengungapkan arti dari istilah saudara, mengemukakan secara teoritis saja karena memang di Indonesia sangat sempit sekali pengertian dari istilah saudara tersebut.

Ada juga yang merasa kebingungan dengan isilah saudara karena dengan orang yang jelas-jelas satu agama satu lingkungan bahkan tidak menganggap saudara. Memang susah secara pribadi menganggap seseorang adalah saudara, apalagi lain agama atau lain daerah yang sama sekali tidak ada hubungan darah. Kadang-kadang orang yang masih mempunyai hubungan darah saja masih ada yang tidak menganggap saudara. Perlu pemahaman yang sangat dalam tentang istilah saudara. Kita harus selalu bepedoman pada apa yang di firmankan oleh Allah melalui Yesus Kristus karena karena Yesus adalah Firman yang hidup, sebagai perantara Allah untuk kita dan perantara kita kepada Allah. Sekarang dan selama-lamanya. Red.

Didalam komunitas basis kita juga harus mengembangkan dan membiasakan dengan saling sayang menyayangi, mengajarkan kepada anak-anak kita saling hormat menghormati dengan adanya perbedaan diantara manusia.

Memang penulis juga berpikir seandainya manusia di bumi ini hanya memikirkan kejlekan orang lain karena suatu perbedaan sara, sudah pasti tidak akan ada kedamaian di bumi ini. Apa lagi yang sejak kecil sudah ditanamkan rasa benci terhadap seseorang atau aliran lain yang dianggapnya tidak benar atau merasa benar sendiri tanpa menghiraukan orang lain. Padahal yang kita jalani belum tentu benar adanya.

Surat Gembala

PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA 2007


PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA 2007


"HIDUPLAH DENGAN BIJAKSANA, ADIL, DAN BERIBADAH"
(bdk. Titus 2:12)

Kepada segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,salam sejahtera dalam Kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana sukacita Natal yang menyinggahi ruang-ruang kehidupan, kita mengucap syukur kepada Allah atas kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat kita, karena dalam Dialah "kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata" (Titus 2:11). Kristus datang ke dunia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Kasih karunia Allah yang tampak dalam diri Yesus Kristus itu pertama-tama membuat kita sanggup meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi (Titus 2:12), lalu mendidik kita untuk "hidup bijaksana, adil dan beribadah" (Titus 2:12).

Kasih karunia Allah itu mendidik kita untuk menjadi bijaksana dan penuh penguasaan diri. Kita telah dipanggil untuk mengikuti Kristus dan telah menyatakan kesediaan untuk mengikuti-Nya. Dalam setiap saat dan kesempatan, kita diajar mendengarkan firman Allah dan hidup sesuai dengan firman itu, seperti Kristus sendiri hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa.

Kebijaksanaan Kristiani ini haruslah memancar dalam hubungan dengan sesama. Dalam diri Anak-Nya Allah memberikan keselamatan kepada semua manusia, tanpa memandang suku, status sosial, dan agama. Allah menjadi manusia untuk menebusnya dari segala cela dan dosanya. Seperti Allah mengasihi semua orang, kita pun dipanggil untuk mengasihi sesama manusia, lebih-lebih sesama yang dipertemukan oleh Allah dengan kita dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Ketika kita mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, dan status sosial, maka kita telah berlaku adil. Kita telah menerima kasih dari Allah, dan Allah menghendaki agar kita mampu membawa kasih itu kepada sesama.

Kehendak Allah hanya dapat kita mengerti bila kita sendiri memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Dalam ibadah yang kita lakukan, kita mendengarkan firman Allah, merayakan karya penyelamatan Allah, dan membina hubungan dengan Allah. Ibadah yang sejati membawa manusia pada kebahagiaan karena hakikat kehidupan beragama adalah hidup dalam hubungan pribadi dengan Allah dan ikut mengambil bagian dalam karya Allah untuk mengasihi manusia dan dunia.

2. Rakyat telah memilih orang-orang yang dipercaya untuk memperhatikan dan melayani kepentingan umum demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Walaupun ada di antara mereka yang dipilih itu justru sibuk mengurusi kepentingan sendiri dan lebih mempedulikan kekuasaan daripada kesejahteraan bersama, tidak bisa disangkal bahwa ada banyak orang yang penuh kesungguhan hati melayani sesama.

Dengan dukungan pemerintah atau dengan usaha sendiri, mereka telah berjuang membantu sesama warga bangsa untuk mencapai kesejahteraan dan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Menurut kemampuan masing-masing, banyak anggota masyarakat, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, telah berjuang memajukan pendidikan bagi anak-anak bangsa karena sadar bahwa kemajuan bangsa ini sangat ditentukan oleh pendidikan mereka di masa sekarang.

Kita berusaha dengan tidak henti-hentinya agar seluruh warga bangsa dapat hidup dengan rukun dan damai. Dalam hubungan itu, kita berupaya untuk terus menerus melakukan dialog dengan berbagai kelompok agama dan masyarakat supaya setiap warga dapat menjalankan kehidupan imannya secara lebih penuh tanpa rasa takut dan curiga satu sama lain. Berbagai hambatan dan kesulitan dalam usaha dialog ini telah kita lalui dan tidak perlu membuat kita patah semangat.Kita patut bersyukur oleh karena bangsa kita telah sanggup bertahan menghadapi berbagai bencana yang silih berganti melanda negeri kita. Berbagai bencana itu tidak membuat kita putus asa dan berhenti berusaha. Masih banyak warga bangsa yang turut berbela rasa dan membantu meringankan beban sesama yang ditimpa bencana dan malapetaka sehingga mereka tidak terhimpit dalam penderitaan yang berkepanjangan.

3. Dalam segala usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, memajukan pendidikan, dan menciptakan kerukunan itu baiklah kita ingat akan kasih karunia Allah yang telah dinyatakan dalam diri Kristus. Kasih karunia itu telah mendidik kita dan memberi kita kemampuan agar sanggup hidup secara bijaksana, adil, dan beribadah. Untuk mewujudkan hal itu kami mengajak seluruh umat Kristiani Indonesia mewujudkan hal-hal berikut:

· Tekun mendengarkan firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci agar kebijaksanaan ilahi meresapi pikiran dan hati kita. Kita menyadari bahwa kemajuan zaman merupakan tantangan tersendiri bagi kehidupan iman kita. Sebab itu, anak-anak, remaja, dan kaum muda hendaknya sejak dini diajar untuk mendengarkan firman Allah dan menaatinya.

· Tetap melibatkan diri dalam usaha-usaha untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Dengan cara ini, secara nyata kita menjalankan perintah Allah untuk berlaku adil kepada semua orang dan mengasihi sesama tanpa memandang suku, agama, ataupun golongan. Dalam segala usaha ini marilah kita memohon bantuan Tuhan agar Ia menganugerahkan kesejahteraan bagi bangsa kita, kebijaksanaan bagi para pemimpin bangsa kita, dan keamanan bagi negeri kita.

· Terus-menerus menjalankan dengan setia ibadah sejati kepada Allah demi pemantapan iman kepada Tuhan dan menghindarkan diri dari ibadah yang basa-basi. Ibadah sejati tidak dijalankan untuk memamerkan kesalehan tetapi untuk membina hubungan pribadi dengan Allah sehingga benar-benar menghasilkan buah nyata dalam tindakan. Oleh karena itu, hendaknya kita menjauhkan diri dari segala tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah seperti korupsi, penyalahgunaan narkoba, tindak kekerasan, dan sebagainya. Kita dipanggil untuk mengembangkan dan memelihara kebebasan yang bertanggung jawab agar semua warga bangsa dapat menjalankan ibadah dengan leluasa sesuai dengan tatacara agama masing-masing dan kekayaan budaya para pemeluknya.

Akhirnya, marilah kita memohon kebijaksanaan Allah agar kita sanggup memahami firman Allah dan hidup menurut firman itu, sebagaimana Kristus sendiri hidup dalam ketaatan penuh kepada Bapa.

SELAMAT NATAL 2007 DAN TAHUN BARU 2008

Jakarta, Medio November 2007

Majelis Pekerja Harian
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
Konferensi Waligereja Indonesia

Pdt. Dr. A. A. Yewangoe
Ketua Umum

Pdt. Dr. Richard M. Daulay
Sekretaris Umum

Mgr. Martinus D. Situmorang, O.F.M.Cap.
Ketua

Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, M.S.F.
Sekretaris Jenderal

03 Desember 2007

Pertemuan Pertama

Ibadat Adven I di Lingkugnan St. Anastasia dilaksanakan di rumah bapak Sumarji dimulai jam delapan tepat, karena seperti biasa dilingkungan kami suka pake jam karet yagn kalo kena hujan atau yang lainnya suka molor. Peserta yang hadir cukup lumayan mencapai 90 % dari tempat duduk yang ada, sekitar 6 orang ditambah satu orang anak berumur 12 tahunan, ikut karena dia anaknya yang punya rumah. Suasana sangat meriah hampir semua peserta memberikan sharingnya dalam menanggapi bab refleksi yang disajikan oleh pasilitator.

Pertemuan malam itu mendalami krisis iman yang kerap terjadi ditengah umat beriman. Salah satu peserta, kebetulan beliau seorang ketua lingkungan mengawali sharingnya tentang kehidupan yang mengalami krisis iman pada masa lalu. Kehhidupan yang dialaminya terkesan sangat kompleks. Karena masa kecilnya berasal dari ligkungan atau keluarga muslim. Ayah seorang Katholik (KTP) dan ibu seorang muslim. Bagaimana mungkin dibesarkan oleh seorang ibu yang muslim lantas kehidupannya yang sekarang menjadi seorang aktifis gereja (ketua lingkungan), bahkan ibu dan saudara-saudaranyanya menjadi Katolik. “Pada awalnya memang keluarga saya tak pernah menemukan suasana yang damai. Hampir setiap hari keributan mewarnai setiap langkah hidup saya dan keluarga. Masalah yang sangat kecil sekalipun bisa menjadi api yang menyulut bensin, kemudian berkobar menjadi besar.“(:Chris). Kehidupan gereja yang di alaminya terkesan diam-diam dilakukannya, kalau-kalau nanti akan menambah runyam urusannya. Berbekal iman yang teguh meskipun ditengah badai yang slalu datang dan tidak bisa diprediksi kapan datangnya dan ombak yang mungkin sewaktu waktu menerpa dirinya, beliau juga dibaptis. Pembaptisan yang membawa rahmat baginya dan bagi keluarga. Rasa tanggung jawab pada dirinnya membuatnya ingin segera keluar dari permasalahannya. Tanggung jawab pada Allah dan keluarga menuntun langkahnya kepada setiap masalah yang timbul dalam keluarga. Ketika terjadi percekcokan antara ibu dan bapak selalu dihampirinya salah satu dari mereka untuk diberikan masukan. Mungkin terlalu exstrim kalo dibilang nasihat, sebuah masukan dari seorang anak yang merindukan kedamaian dalam keluarga. Singkat cerita apa yang telah dilakukan bertahun-tahun adalah hanya untuk menjadikan keluarga yang harmonis tecapai juga seorang ibu kini menjadi seorang Katolik, saudara-saudarapun ikut serta menjadi pengikut Kristus.

Patut untuk direnungkan oleh kita semua, bahwa kehidupan keluarga yang tidak harmonis bukan berarti menciptakan kehancuran bagi anggota keluarganya. Bahkan bisa dijadikan sebuah lahan untuk kita dalam melaksanakan tugas sebagai pengikut Kristus. Semua umat yang percaya kepada Kristus Yesus pasti tahu, apa tugas yang di berikan kepada kita? Sederhana saja CINTA KASIH yang membawa kedamaian, disetiap tempat dan suasana.

Peserta yang lain lagi berceritra dengan versi yang mirip karena dia juga berasal dari keluarga non Katolik, ayah Hindu dan ibu Islam, tetapi Yesus berkarya dalam dirinya yang pada akhir sharingnya menceritrakan bahwa saudara-saudara kandungnyapun ikut ajaran Kristus. Padahal dianya sendiri ikut Katolik gara-gara ketemu seorang gadis yang sekarang menjadi isterinya.

Peserta yang lain lagi lebih unik, dia mewarnai kehidupannya dengan bergaul dalam masyarakat muslim, aktif di masyarakat dengan tidak membawa bendera Katolik, karena mungkin krisis iman juga terjadi pada saat itu. Ia belum aktif di lingkungan bahkan belum tahu dilingkungan mana dia tinggal. Coba kalo pada saat itu membawa bendera, akan lain masalahnya dan akan luar biasa karyanya. Akan tetapi banyak segi positif yang kita peroleh, dari hubungannya yang luas dalam masyarakat, setelah aktif di gerejapun akan menjadi jembatan yang memperpendendek jalan yang menghubungkan antara umat Katolik dengan umat lainnya sehinga hubungan baik dan rasa hormat menghormati diharapkan akan tercipta dalam masyarakat atau lingkungan sekitar.

Banyak lagi ceritra yang disharing oleh umat sambil senda gurau penuh keceriaan, kehidupan pribadi dan keluarga masing-masing yang disajikan sangat patut untuk direnungkan oleh peserta yang hadir. Tidak sia-sia hadir didalam ibadat tersebut, karena telah membawa pulang banyak hal yang akan menjadi bahan refleksi diri kita. Tidak ada debat dalam tukar pengalaman iman tersebut, karena semua yang disajikan oleh peserta yang satu di simak oleh peserta yang lainnya. Ketika ada yang lucu dikomentari dengan celaan yang lucu juga. Akhirnya tercipta suasana yang hangat diantara kita sampai tak terasa wakt telah menunjukan jam 21.15 WIB dan segera ibadat dilanjutkan dengan doa umat sebagai ujud dari refleksi setiap peserta. Setelah doa penutup dan lagu, kembali peserta melanjutkan senda gurau sambil menikmati hidangan yang disiapkan oleh ketua lingkungan. Satu peserta pulang karena dia dari wilayah lain dan rumahnya jauh, dia datang dalam rangka wakuncar, akhirnya peserta lainpun ikut berpamitan dan pulang dengan membawa berkat dan damai Tuhan.